Pengertian bilangan pecahan dan
contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan, postingan kali ini akan
membahas tentang pengertian pecahan senilai dan cara menentukan bahwa dua
pecahan dikatakan senailai.
Untuk lebih mudah memahami pengertian pecahan senilai, silahkan
perhatikan gambar 1 di bawah ini.
Pada gambar di atas, luas daerah yang diarsir pada Gambar A
menunjukkan ¼ dari luas lingkaran, luas daerah yang diarsir pada Gambar B
menunjukkan 2/8 dari luas lingkaran, luas daerah yang diarsir dari Gambar C
menunjukkan 3/12 dari luas lingkaran dan luas daerah yang diarsir dari Gambar C
menunjukkan 4/16 dari luas lingkaran.
Dari keempat gambar di atas, terlihat bahwa daerah yang diarsir
memiliki luas yang sama. Oleh karena itu, pecahan ¼ = 2/4 = 3/13 = 4/16.
Selanjutnya, pecahan-pecahan ¼, 2/8, 3/12, dan 4/16 dikatakan sebagai
pecahan-pecahan senilai. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pecahan senilai adalah
pecahan-pecahan yang bernilai sama
Mengenal
Pecahan
Ibu membeli satu buah pizza,
kemudian pizza tersebut dipotong menjadi 4 bagian yang sama untuk dibagikan
kepada empat anaknya. Berapa bagian untuk masing-masing anak ?
Perhatikan gambar ilustrasi di bawah ini !
Perhatikan gambar ilustrasi di bawah ini !
Penjelasannya sebagai berikut :
Sebuah pizza mula-mula utuh, kemudian dipotong atau dibagi menjadi dua bagian yang sama. Perhatikan pula dua bagian pizza yang sudah dipotong, satu bagian dari pizza yang dipotong tersebut disebut “satu per dua” atau “seperdua” atau “setengah” dan ditulis “½”. Sedangkan jika kedua bagian potongan dari pizza tersebut dipotong lagi menjadi dua, maka dari sebuah pizza tersebut akan diperoleh empat bagian pizza yang sama. Satu bagian pizza dari empat bagian yang sama itu disebut “satu per empat” atau “seperempat” dan ditulis “¼” . Jadi jawaban dari pertanyaan diatas adalah setiap anak mendapat pizza ¼ bagian.
Dari penjelasan di atas kita menemukan bilangan ½ dan ¼. Kedua bilangan itulah yang disebut dengan bilangan pecahan. Pada pecahan ½, angka 1 disebut pembilang dan angka 2 disebut penyebut. Sedangkan pada pecahan ¼, angka 1 disebut pembilang dan angka 4 disebut penyebut.
Sebuah pizza mula-mula utuh, kemudian dipotong atau dibagi menjadi dua bagian yang sama. Perhatikan pula dua bagian pizza yang sudah dipotong, satu bagian dari pizza yang dipotong tersebut disebut “satu per dua” atau “seperdua” atau “setengah” dan ditulis “½”. Sedangkan jika kedua bagian potongan dari pizza tersebut dipotong lagi menjadi dua, maka dari sebuah pizza tersebut akan diperoleh empat bagian pizza yang sama. Satu bagian pizza dari empat bagian yang sama itu disebut “satu per empat” atau “seperempat” dan ditulis “¼” . Jadi jawaban dari pertanyaan diatas adalah setiap anak mendapat pizza ¼ bagian.
Dari penjelasan di atas kita menemukan bilangan ½ dan ¼. Kedua bilangan itulah yang disebut dengan bilangan pecahan. Pada pecahan ½, angka 1 disebut pembilang dan angka 2 disebut penyebut. Sedangkan pada pecahan ¼, angka 1 disebut pembilang dan angka 4 disebut penyebut.
Jadi bilangan pecahan dapat
diartikan sebagai sebuah bilangan yang memiliki pembilang dan juga
penyebut.
Macam-macam bentuk pecahan
1. Pecahan Biasa
Pecahan biasa adalah pecahan
yang terdiri dari pembilang dan penyebut. Pecahan jenis ini pembilangnya
lebih kecil daripada penyebutnya. Bilangan yang di atas adalah pembilang
dan yang di bawah adalah penyebut.
2. Pecahan Campuran
Pecahan campuran merupakan
pecahan yang terdiri dari bilangan bulat dan pecahan biasa karena pembilangnya
lebih besar dari penyebutnya.
3. Pecahan Desimal
Pecahan desimal merupakan
pecahan yang dalam penulisannya menggunakan tanda koma.
4. Pecahan Persen
Pecahan persen merupakan
pecahan yang menggunakan lambang % yang berarti perseratus. 5% = lima
perseratus, 30% = tiga puluh perseratus, 75% = tujuh puluh lima perseratus.
Mengubah Bentuk Pecahan
Ada
beberapa langkah atau cara yang dapat kalian coba untuk mengubah bilangan
pecahan biasa menjadi pecahan campuran, berikut penjelasannya:
1. Mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran
Cara
pertama
Untuk mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran kita harus mencari hasil kelipatan dari bilangan penyebut yang mendekati angka pembilang. Disini saya berikan contoh yang paling mudah. Misal mengubah pecahan 7/3 maka kita harus mencari dulu kelipatan dari angka 3 yang mendekati 7 tetapi tidak boleh lebih dari 7. Kelipatan 3 yang terdekat dengan 7 adalah 6. Angka 1 adalah sisa pengurangan 7 dengan 6.
Untuk mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran kita harus mencari hasil kelipatan dari bilangan penyebut yang mendekati angka pembilang. Disini saya berikan contoh yang paling mudah. Misal mengubah pecahan 7/3 maka kita harus mencari dulu kelipatan dari angka 3 yang mendekati 7 tetapi tidak boleh lebih dari 7. Kelipatan 3 yang terdekat dengan 7 adalah 6. Angka 1 adalah sisa pengurangan 7 dengan 6.
Cara Kedua
Untuk mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran dengan membagi pembilang dengan penyebut kemudian mencari sisanya. Kita bisa membaginya langsung atau dengan menggunakan porogapit. Kemudian sisa pembagian tersebut dituliskan dalam bentuk pecahan dengan penyebut yang sama.
2. Mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa
Seperti
yang sudah dijelaskan di atas tadi, bahwa pecahan campuran adalah pecahan biasa
yang pembilangnya lebih besar dari penyebutnya. Karena pembilangnya lebih besar
daripada penyebutnya maka pecahan jenis ini terdiri dari bilangan bulat dan
pecahan biasa yang merupakan hasil pembagian bersisa antara pembilang dan
penyebut.Nah, untuk mengembalikan pecahan campuran menjadi pecahan biasa
caranya bilangan bulat x penyebut + pembilang = pembilang, penyebutnya tetap.
3. Mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal
Untuk mengubah pecahan biasa menjadi bentuk pecahan desimal
kita harus mengubah penyebutnya dulu menjadi 10, 100 , atau 1000. Pembilang dan
penyebut harus dikalikan angka yang sama agar penyebutnya menjadi 10, 100, atau
1000. Sebelumnya, mari kita pahami dulu konsep persepuluhan, perseratusan dan
perseribuan.
Pembulatan dan Penaksiran - Salah satu materi yang diajarkan pada kelas 4 SD adalah pembulatan dan penaksiran. Ketika menjalani
kegiatan sehari-hari seringkali kita melakukan pembulatan dan penaksiran.
Misalnya ketika mengira-ngira harga dari suatu barang atau juga mengira-ngira
hasil dari pembagian sebuah bilangan.
Materi Pembulatan dan Penaksiran Matematika
untuk Kelas 4 SD
Pembulatan
Ketentuan dalam pembulatan matematika
Ada aturan tersendiri ketika kita ingin
membulatkan sebuah bilangan, aturannya adalah:
Pembulatan menuju puluhan terdekat
Angka satuan yang kurang dari 5 dibulatkan ke
bawah.
Angka satuan yang lebih banyak atau sama
dengan 5 dibulatkan ke atas.
Contohnya:
Angka 69 dibulatkan menjadi 70 (karena posisi
satuan 8 nilainya lebih dari 5)
Angka 44 dibulatkan menjadi 40 (karena posisi
satuan 3 nilainya kurang dari 5)
Pembulatan menuju ratusan terdekat
Angka puluhan yang nilainya kurang dari 50
dibulatkan ke bawah.
Angka puluhan yang nilainya lebih atau sama
dengan 50 dibulatkan ke atas.
Contohnya:
Angka 148 dibulatkan menjadi 100 (karena 48
kurang dari 50)
Angka 572 dibulatkan menjadi 600 (karena 72
lebih dari 50)
Pembulatan menuju ribuan terdekat
Angka ratusan yang nilainya kurang dari 500
dibulatkan ke bawah.
Angka ratusan yang lebih atau sama dengan 500
dibulatkan ke atas.
Contohnya:
1876 dibulatkan menjadi 2000 (karena 876 lebih
dari 500)
1427 dibulatkan menjadi 1000 (karena 427
kurang dari 500)
Penaksiran:
Penaksiran adalah perkiraan yang dilakukan
untuk hasil dari sebuah operasi hitung. Untuk melakukan penaksiran, kita harus
menggunakan aturan-aturan pembulatan sehingga hasilnya bisa mendekati hasil
operasi hitung yang sebenarnya. Untuk memahami konsep penaksiran dalam
matematika, perhatikan contoh soal berikut ini:
Contoh Soal 1
Cobalah untuk menaksir hasil dari penjumlahan
berikut menuju ribuan terdekat!
A. 1.334 + 2.675 = ...
B. 7.834 - 4.390 = ...
Penyelesaaian:
Kita bulatkan dulu angka-angka tersebut menuju
ribuan terdekat.
A. 1.334 dibulatkan menjadi 1000
2.675 dibulatkan menjadi 3000
Maka hasil penaksirannya adalah : 1.000 +
3.000 = 4000
Bandingkan dengan hasil sebenarnya: 1.334 +
2.675 = 4009 (mendekati)
B. 7.934 dibulatkan menjadi 8.000
4.190 dibulatkan menjadi 4.000
Maka hasil dari penaksirannya adalah: 8.000 -
4.000 = 4.000
Bandingkan dengan hasil sebenarnya: 7.934 -
4.190 = 3.744 (mendekati)
Contoh Soal 2
Jumlah penonton yang duduk di sisi kanan
stadion adalah 2.468 orang. Sementara jumlah penonton yang ada di sisi kiri
stadion adalah 8.632 orang. Sementara itu jumlah penonton yang belum masuk ke
stadion adalah 1.358 orang. Taksirlah jumlah keseluruhan penontton yang
nantinya akan berada di dalam stadion.
Penyelesaian:
Lakukan pembulatan ribuan:
2.368 menjadi 2.000
8.732 menjadi 9.000
1.258 menjadi 1.000
Barulah kita jumlahkan: 2000 + 9000 + 1000 =
12.000 orang
Bandingkan dengan jumlah sebenarnya: 2.368 +
8.732 + 1.258 = 12.358 (mendekati)
Cobalah berlatih dengan soal-soal berikut:
1. Cobalah taksir hasil perkalian dari
bilangan-bilangan berikut:
A. 3.646 x 4.568 = ...
B. 254 x 787 = ...
C. 17 x 56 = ...
2. Taksirlah hasil penjumlahan
bilangan-bilangan berikut ini:
A.5.923 + 6.125 = ...
B.7.111 + 3.556 = ...
C.4.644 + 2.543 = ...
3. Jumlah siswa kelas 1 SMA karya utama adalah
137 siswa. Di kelas 2 ada 357 murid. Sementara di kelas 3 ada 478 murid.
Taksirlah jumlah keseluruhan murid yang ada di SMA Karya Utama!
4. Buatlah penaksiran untuk pengurangan dan
pembagian bilangan berikut:
A.5.857 - 2.901 = ...
B.9.231 : 2.875 = ...
C.1.246 - 2.695 = ..
Pengertian Bilangan Prima
Pengertian bilangan prima itu sendiri adalah bilangan asli
yang memiliki nilai lebih besari dari 1 dan bisa dibagi oleh 2 bilangan yaitu 1
dan bilangan itu sendiri
Sebagai contoh singkat
kami menjelaskan beberapa bilangan seperti angka 2 dan 3 itu merupakan bilangan
prima sedangkan angka 4 itu bukan termasuk bilangan prima karena memang angka 4
itu bisa dibagi 2, didalam matematika ada 10 bilangan pertama yang termasuk
dalam bilangan prima yaitu 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23 dan juga 29 sedangkan
beberapa angka lain tidak termasuk dalam bilangan prima
Apabila ada sebuah
bilangan yang besarnya lebih dari satu dan tidak termasuk didalam bilangan
prima, maka bilangan itu bisa disebut sebagai bilangan komposit
lalu faktor prima dari
suatu bilangan adalah bilangan prima yang memang terkandung didalam faktor
bilangan itu, Dan cara untuk mencari faktor prima itu bisa dengan mudah cari
apabila anda menggunakan pohon faktor
Contoh Bilangan Prima
Bilangan Prima Kurang Dari 100
dibawah ini adalah bilangan prima kurang dari 100
dibawah ini adalah bilangan prima kurang dari 100
2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47, 53, 59, 61, 67,
71, 73, 79, 83, 89, 97
Bilangan Prima 3 (Tiga) Digit Pertama
dibawah ini adalah bilangan prima dengan kombinasi 3 digit
dibawah ini adalah bilangan prima dengan kombinasi 3 digit
101, 103, 107, 109, 113, 127, 131, 137, 139, 149, 151, 157, 163, 167,
173, 179, 181, 191, 193, 197, 199, 211, 223, 227, 229, 233, 239, 241, 251, 257,
263
Bilangan Prima 4 (Empat) Digit Pertama
dibawah ini adalah bilangan prima dengan kombinasi 4 digit
dibawah ini adalah bilangan prima dengan kombinasi 4 digit
1009, 1013, 1019, 1021, 1031, 1033, 1039, 1049, 1051, 1061, 1063, 1069,
1087, 1091, 1093, 1097, 1103, 1109, 1117, 1123, 1129, 1151, 1153, 1163, 1171,
1181
Tidak ada komentar :
Posting Komentar